Sembilan
anggota sebuah kelompok milisi Kristen didakwa atas tuduhan berkomplot
untuk berperang melawan pemerintah AS, jaksa federal menyatakan pada
hari Senin (29/3/10).
Menurut
surat dakwaan juri umum yang membukanya di Pengadilan Distrik AS untuk
Distrik Timur Michigan, delapan laki-laki dan seorang perempuan adalah
anggota dari sebuah kelompok yang disebut Hutaree atau “pejuang Kristen” yang
merencanakan untuk membunuh seorang polisi di Michigan dan kemudian
menyergap aparat penegak hukum yang hadir dipemakamannya, sebagai bagian
dari sebuah rencana besar untuk mengadakan perang di Amerika Serikat.
Setelah
itu mereka kemudian akan mundur ke salah satu dari beberapa “rally
poin” untuk berperang melawan pemerintah dan menyiapkan diri untuk
membela diri secara mendalam, lewat pemasangan kabel dijalanan dan
kemudian meledakkan bom lewat Improvised Explosive Devices (IED),
kemudian bersiap mengambil posisi untuk berperang,” kata isi dokumen
dakwaan.
“Hal
ini diyakini oleh Hutaree bahwa keterlibatan ini sebagai bagaian dari
tindakan yang merupakan katalis untuk melakukan pembrontakan yang lebih
luas melawan pemerintah,” kata surat dakwaan.
Situs kelompok Hutaree mengatakan bahwa mereka “mempersiapkan pertempuran terakhir untuk menjaga kesaksian Yesus Kristus hidup.”
Logo
kelompok Hutaree berupa salib dengan inisial CCR, kepanjangan dari
“Colonial Christian Republic” yang dapat diartikan juga sebagai “pejuang
Kristen.”
Sebuah
video diposting di situs Web Hutaree, menggambarkan sekelompok
laki-laki mengenakan seragam dan peralatan militer membakar bendera
Perserikatan Bangsa-Bangsa kemudian mengganti dengan bendera kelompok
mereka.
Delapan anggota milisi ditangkap, tetapi putra pemimpin kelompok – Yosua Stone – dianggap sebagai buronan.
Kelompok
Hutaree dituntut dengan lima pidana penting, termasuk “hasutan untuk
melakukan konspirasi dan upaya untuk menggunakan senjata pemusnah
massal”.
Para tersangka konon menjalankan operasi dalam rangka untuk mempersiapkan diri melawan “Antikristus.”
Bila dinyatakan bersalah, para tersangka dapat menghadapi penjara seumur hidup.
Demikian juga halnya dengan pembantaian di Norwegia. Pembantaian di Norwegia yang menewaskan 86 orang benar-benar mengejutkan. Kalau selama ini hanya umat Islam yang dituduh sebagai teroris dan fundamentalis oleh media massa barat, sekarang mata mereka baru terbuka ternyata di Kristen ada juga kelompok teroris dan fundamentalis yang setiap saat siap membunuh orang sebanyak-banyaknya seperti yang dilakukan oleh Breivik di Norwegia.
Bahkan Wakil Sekjen MUI H Natsir Zubaidi mengatakan “Setiap kelompok apakah itu etnik, agama atau bangsa selalu memiliki kelompok radikal, fundamentalis atau teroris termasuk di dalam Kristen. Kasus pembantaian massal di Norwegia dan pemboman dahsyat di Oklahoma AS (1995) telah membuktikannya,” ungkapnya
Menurutnya, peristiwa Norwegia telah membuktikan selama ini yang mengatakan umat Islam identik dengan teroris adalah tidak benar. Ternyata di dalam Kristen ada kelompok fundamentalis dan terorisnya.
Bahkan mereka tidak senang ketika umat Islam di Eropa mengalami kemajuan seperti dalam pendidikan dan keagamaan. Seperti para keturunan imigran Turki di Jerman, sekarang mereka sudah maju dalam pendidikan. Bahkan dalam keagamaan, mereka sudah mampu membangun masjid dari bekas gereja dan sinagog yang dijual orang Kristen dan Yahudi.
“Mereka memiliki strategi, kalau yang melakukan umat Islam, maka akan dicari-cari kelompoknya. Tetapi kalau yang melakukan mereka sendiri, maka dikatakan pekerjaan individu atau orang gila. Jelas itu sangat tendensius dan merugikan nama baik umat Islam. Peristiwa Norwegia menjadi pelajaran berharga, ternyata mereka berusaha menutupi kejadian tersebut,” tegas Natsir Zubaidi.
Demikian juga halnya dengan pembantaian di Norwegia. Pembantaian di Norwegia yang menewaskan 86 orang benar-benar mengejutkan. Kalau selama ini hanya umat Islam yang dituduh sebagai teroris dan fundamentalis oleh media massa barat, sekarang mata mereka baru terbuka ternyata di Kristen ada juga kelompok teroris dan fundamentalis yang setiap saat siap membunuh orang sebanyak-banyaknya seperti yang dilakukan oleh Breivik di Norwegia.
Bahkan Wakil Sekjen MUI H Natsir Zubaidi mengatakan “Setiap kelompok apakah itu etnik, agama atau bangsa selalu memiliki kelompok radikal, fundamentalis atau teroris termasuk di dalam Kristen. Kasus pembantaian massal di Norwegia dan pemboman dahsyat di Oklahoma AS (1995) telah membuktikannya,” ungkapnya
Menurutnya, peristiwa Norwegia telah membuktikan selama ini yang mengatakan umat Islam identik dengan teroris adalah tidak benar. Ternyata di dalam Kristen ada kelompok fundamentalis dan terorisnya.
Bahkan mereka tidak senang ketika umat Islam di Eropa mengalami kemajuan seperti dalam pendidikan dan keagamaan. Seperti para keturunan imigran Turki di Jerman, sekarang mereka sudah maju dalam pendidikan. Bahkan dalam keagamaan, mereka sudah mampu membangun masjid dari bekas gereja dan sinagog yang dijual orang Kristen dan Yahudi.
“Mereka memiliki strategi, kalau yang melakukan umat Islam, maka akan dicari-cari kelompoknya. Tetapi kalau yang melakukan mereka sendiri, maka dikatakan pekerjaan individu atau orang gila. Jelas itu sangat tendensius dan merugikan nama baik umat Islam. Peristiwa Norwegia menjadi pelajaran berharga, ternyata mereka berusaha menutupi kejadian tersebut,” tegas Natsir Zubaidi.