Selasa, 31 Desember 2013

FIRMAN TUHAN, BUKAN FIRMAN ADALAH TUHAN

1.1 Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.
1.2 Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah.
1.3 Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.
1.4 Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia.
1.5 Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.
1.6 Datanglah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes;
1.7 ia datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya.
1.8 Ia bukan terang itu, tetapi ia harus memberi kesaksian tentang terang itu.
1.9 Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia.
1.10 Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya.
1.11 Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya.
1.12 Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;
1.13 orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.
1.14 Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.
1.15 Yohanes memberi kesaksian tentang Dia dan berseru, katanya: "Inilah Dia, yang kumaksudkan ketika aku berkata: Kemudian dari padaku akan datang Dia yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku."


Konsep ketuhanan Kristen menyatakan bahwa Firman Tuhan adalah Tuhan itu sendiri, lalu firman tersebut menjelma menjadi manusia, hidup ditengah-tengah masyarakat berwujud Yesus Kristus, tujuannya untuk memberi terang dengan penuh kasih, memberi petunjuk kepada manusia tentang jalan menuju Bapa.

Ada beberapa hal yang perlu dipertanyakan disini :

1. Redaksi kalimat Yohanes 1 : 1 s/d 15 tidak menunjukkan secara jelas siapa yang bicara, apakah Yesus Kristus yang menyampaikannya kepada Yohanes, lalu Yohanes mencatat omongan Yesus tersebut..??, ini terlihat sebagai kesimpulan yang dipaksakan, bahkan terlihat jelas bukan Yohanes yang menulis rangkaian ayat ini karena adanya kalimat : 1.6 Datanglah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes; 1.7 ia datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya.

2. Anehnya, untuk persoalan yang sepenting ini, ketiga Injil yang lain malah luput untuk mencatatnya. Kita tidak menemukannya dalam Matius, Markus dan Lukas. Apakah waktu menyampaikan ajaran ini Yesus cuma menyampaikannya kepada Yohanes tanpa dan tidak dihadiri oleh Matius, Markus dan Lukas..??

3. Dalam ceramahnya, 'Persamaan-persamaan antara Islam & Kristen', Dr. Zakir Naik menyampaikan adanya kesalahan terjemahan dari bahasa Yunani terhadap kata Allah pada ayat 1, dimana yang satu sebenarnya harus diartikan sebagai Allah (memakai huruf kapital) dan kata Allah yang berikutnya seharusnya diartikan allah (memakai huruf kecil) perlu diingatkan bahwa dalam konsep Kristen kata 'Allah' bukanlah merupakan suatu nama melainkan sebutan lain dari kata Tuhan.

Namun baiklah, kita abaikan saja segala keanehan tersebut, anggap saja kita terima dulu apa yang dikemukakan dalam rangkaian ayat diatas, bahwa firman Tuhan adalah Tuhan itu sendiri, lalu firman menjelma menjadi manusia.

Firman diartikan sebagai 'perkataan Tuhan yang diberikan pada manusia' (http://id.wikipedia.org/wiki/Firman), kata 'firman' selalu dinisbatkan kepada Tuhan, sebagai padanannya, kata 'sabda' biasanya disematkan kepada Raja atau Nabi/Rasul, dan kata 'berkata' dikaitkan dengan manusia biasa. Kalau seorang manusia berkata-kata, maka itu bisa diuraikan secara ilmiah, yaitu suatu bunyi dari mulutnya yang keluar berupa gelombang elektromagnetik dengan ukuran tertentu, lalu apabila orang lain mendengar perkataan tersebut, artinya gelombang elektromagnetik tersebut ditangkap oleh serangkaian alat yang ada dalam telinga, lalu diterjemahkan oleh otak sipendengar sesuai pemahaman terhadap bunyi tersebut. Disini bisa disimpulkan bahwa 'perkataan' seseorang bukanlah orang itu sendiri, melainkan sesuatu yang diproduksinya.

Tapi sekali lagi, ini juga menimbulkan pertanyaan lebih lanjut. Mengapa suatu bunyi yang sama, dengan ukuran gelombang yang sama dan didengar dengan bentuknya yang sama bisa melahirkan pemahaman dan pengertian yang berbeda..? dalam postingan dari sdr. Sarip, diungkapkan bahwa dunia ilmu pengetahuan modern telah berhasil menemukan jawaban tentang hal ini :

http://forum.swaramuslim.net/more.php?id=3744_0_25_0_M

Ilmu pengetahuan modern mengungkapkan bahwa selain materi dan energi (yang digambarkan berupa gelombang elektromagnetik tadi) ada suatu unsur yang berada diluar itu yaitu : informasi. Informasi tidak bisa diuraikan kedalam bentuk materi ataupun energi, merupakan sesuatu yang terkait dengan kecerdasan yang telah memproduksinya. Ketika saya mengatakan kepada 2 orang Kristen :"Anda telah tersesat..", secara materi dan energi, kalimat tersebut mempunyai ukuran dan tingkat materi dan energi yang satu, karena memang hanya ada satu kalimat, namun pemahaman yang diterima oleh setiap orang yang mendengarnya bisa berbeda. Si A mungkin akan berterima kasih dan bersyukur karena merasa telah diingatkan, namun si B bisa saja tersinggung karena merasa dihina.

Informasi tidak hanya disalurkan melalui perkataan, tapi bisa melalui sarana lain misalnya buku :

Persis sebagaimana sebuah buku. Kita akan sangat keliru jika mengatakan bahwa sebuah buku hanya tersusun atas kertas, tinta dan jilidan buku; sebab selain ketiga unsur materi ini, adalah informasi yang benar-benar menjadikannya sebuah buku. Informasi lah yang membedakan satu jilid Encyclopedia Britannica dari sekedar sebuah 'buku' yang terbentuk dari penyusunan acak huruf-huruf seperti ABICLDIXXGGSDLL. Keduanya memiliki kertas, tinta dan jilidan, tapi yang satu memiliki informasi sedangkan yang kedua tidak memilikinya. Sumber informasi ini adalah penulis buku tersebut, suatu kecerdasan yang memiliki kesadaran. (bisa dibaca pada link diatas)

Bahkan ilmu pengetahuan saat ini mengungkapkan bahwa diri kita sendiri ternyata berisi informasi dari pencipta kita, melalui temuan tentang DNA :

Jadi tersusun dari apakah DNA? Lima puluh tahun yang lalu, para ilmuwan akan menjawab bahwa DNA terdiri atas asam-asam inti yang dinamakan nukleotida dan beragam ikatan kimia yang mengikat erat nukleotida-nukleotida ini. Dengan kata lain, mereka terbiasa menjawabnya dengan menyebutkan hanya unsur-unsur materi dari DNA. Namun kini, para ilmuwan memiliki sebuah jawaban yang berbeda. DNA tersusun atas atom, molekul, ikatan kimia dan, yang paling penting, informasi.

Temuan ini sebenarnya mengkonfirmasikan Al-Qur'an :
53. Akan Kami (Allah) perlihatkan kepada mereka kelak bukti-bukti kekuasaan Kami disegenap penjuru dunia ini dan bahkan pada diri mereka sendiri, sampai jelas kepada mereka bahwa Alquran adalah benar. Belum cukupkah bahwa Tuhanmu Maha Menyaksikan segala sesuatu? (Q.S. Fushshilat)


Dalam Al-Qur'an, informasi dari Allah disebut dengan beberapa istilah, seperti ayat, kalimah, tanda-tanda, namun semuanya mempunyai maksud yang sama yaitu : adanya informasi dari Allah untuk umat manusia :
75. Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka merobahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui? (Al Baqarah)

37. Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (Al Baqarah)

124. Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya.(Al Baqarah).

34....Tak ada seorangpun yang dapat merobah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebahagian dari berita rasul-rasul itu.(Al An'aam)

115. Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quraan) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merobah robah kalimat-kalimat-Nya dan Dia lah yang Maha Mendenyar lagi Maha Mengetahui.(Al An'aam)


Semua ayat-ayat diatas memakai kata 'kaliimah' dan diterjemahkan menjadi 'firman atau kalimat', semuanya mempunyai arti : "informasi dari Allah". Kata yang sama ternyata dipakai dalam menjelaskan, atau yang terkait dengan nabi Isa Almasih :
39. Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya): "Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang saleh." (Ali Imran)

64. Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah(Ali Imran)

45. (Ingatlah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat daripada-Nya, namanya Al Masih 'Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), (Ali Imran)

171. Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, 'Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, (Ali Imran)


Ke-empat ayat diatas juga menjelaskan adanya informasi yang berasal dari Allah yang dibenarkan oleh nabi Yahya dan yang harus dipegang oleh manusia, juga berasal dari kata Arab 'kaliimah'.
Sebagai perbandingan, Al-Qur'an memakai kata lain terhadap informasi dari Allah ini :
19. Sesungguhnya Al Qur`aan itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril), (Ath Takwiir)

13. Sesungguhnya Al Quraan itu benar-benar firman yang memisahkan antara yang hak dan yang bathil.(Ath Thaariq)


Kata 'firman' berasal dari kata Bahasa Arab, 'qaul' yang berarti 'ucapan atau penyampaian'. Semuanya merupakan informasi yang datang dari Allah.
266. Apakah ada salah seorang di antaramu yang ingin mempunyai kebun kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dia mempunyai dalam kebun itu segala macam buah-buahan, kemudian datanglah masa tua pada orang itu sedang dia mempunyai keturunan yang masih kecil-kecil. Maka kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api, lalu terbakarlah. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu memikirkannya. (Al-Baqarah)

5. Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda kepada orang-orang yang mengetahui. (Yunus)


Kata 'ayat-ayat dan tanda-tanda' berasal dari bahasa Arab 'ayaat', dan dari kalimatnya jelas kata 'ayaat' tersebut bukan berupa tulisan atau ucapan, tapi juga merupakan informasi yang datang dari Allah.

Dilihat dari uraian diatas maka apapun manusia mendefinisikan firman Allah, semua itu bermuara kepada : "adanya informasi yang disampaikan". Tuhan berfirman artinya Tuhan menyampaikan informasi.

Ditempat lain, Al-Qur'an juga menyatakan bahwa nabi Isa Almasih juga diberikan sekumpulan firman Allah berupa kitab :
46. Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi-nabi Bani Israil) dengan 'Isa putera Maryam, membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa. (Al Maidah)

30. Berkata 'Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi, (Maryam)


Disini kita bisa menyimpulkan bahwa ketika sampai 'giliran' nabi Isa Almasih mendapat perintah dari Allah untuk menyampaikan ajaran dan petunjuk-Nya, Allah telah menetapkan selain adanya firman (baca : informasi) berupa kitab, juga telah ditetapkan bahwa petunjuk dan ajaran tersebut diperkuat lagi oleh adanya firman (informasi) berupa manusia, artinya berupa ucapan dan tingkah lakunya sebagai manifestasi dari firman yang ada dalam kitab. Ini bisa kita ibaratkan ketika seorang jurumasak mengajarkan kepada kita bagaimana cara meramu suatu masakan, sambil berceloteh (ataupun membacakan buku resep masakan) sang jurumasak sekaligus memperagakan proses pembuatannya dengan mengolah bahan masakan yang sudah disediakan. Kedua-duanya merupakan hal yang saling melengkapi. Melalui Al-Qur'an kita diinformasikan bahwa nabi Isa Almasih telah memberikan banyak 'tanda-tanda' kebenaran ajaran dan petunjuk Allah mulai ketika beliau masih dalam buaian :
110. (Ingatlah), ketika Allah mengatakan: "Hai 'Isa putera Maryam, ingatlah ni'mat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan ruhul qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; (Al Maidah)


Ketika sampai pada masa kenabian Muhammad SAW, Allah telah menetapkan penyampaian ajaran lewat pewahyuan dari malaikat Jibril dengan 'memasukkan' firman (baca : informasi) dari Allah kedalam Qalbu Rasulullah :
97. Katakanlah: Barangsiapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya ke dalam hatimu (Qalbu) dengan seizin Allah; membenarkan apa yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman. (Al Baqarah)


Demikian juga dengan kita, sesungguhnya Allah telah menciptakan suatu benda dalam diri kita berupa 'qalbu' yang dianugerahi kemampuan untuk menerima firman (baca : informasi) dari Allah. Qalbu inilah yang menuntun semua indera kita termasuk akal pikiran agar dapat menangkap semua firman, ayat, kalimah, tanda-tanda Allah di alam semesta.

Untuk selanjutnya bisa anda baca :

http://forum.swaramuslim.net/more.php?id=3728_0_25_0_M

Masalahnya sekarang bagaimana atau dengan cara apa informasi dari Tuhan tersebut bisa sampai kepada manusia..?? kalaulah Tuhan berbicara dan mengeluarkan suara, mana ada makhluk yang sanggup mendengarkannya..? gendang telinga kita akan pecah mendengar suara geledek, apalagi kalau mendengar suara Dia yang menciptakan geledek. Apakah Tuhan menyampaikan firman-Nya dengan cara berhadap-hadapan 'face to face' dengan manusia ataupun malaikat..?, Rasulullah ketika ditanya apakah pernah melihat Allah, beliau menjawab :"Bagaimana saya bisa melihat Yang Maha Cahaya..?" Tidak juga ada catatan dalam ajaran Islam bahwa malaikat sekalipun berkomunikasi dengan Tuhan melalui kegiatan 'mendengar' atau 'melihat'.

Sekali lagi kita bisa menemukan keterangan dalam Al-Qur'an bagaimana caranya agar informasi dari Allah tersebut bisa sampai kepada manusia, yaitu melalui lauh mahfudz, suatu kitab yang terpelihara berisi Pengetahuan Allah tentang alam semesta. Dalam lauh mahfudz tersebut terdapat informasi yang harus disampaikan oleh malaikat Jibril kepada para nabi dan rasul, termasuk nabi Musa, nabi Daud, nabi Isa Almasih dan nabi Muhammad SAW. Penjelasan soal ini diterangkan dalam tulisan ibu hamba :

http://forum.swaramuslim.net/more.php?id=3728_0_25_0_M

Ada dari kalangan Kristen disini mempertanyakan :"kalau begitu coba jelaskan bagaimana bentuknya lauh mahfudz tersebut..?" ketika dijawab bahwa hal tersebut merupakan hal-hal yang gaib, maka langsung terjadi komentar-komentar sinis. Kita tentu bisa bertanya balik, bagaimana bentuk Lucifer atau iblis..?? suatu makhluk yang diakui ada dalam ajaran Kristen, tentunya juga tidak ada penjelasan yang memuaskan. Namun ketidak-mampuan menggambarkan bentuk Iblis bukan berarti Iblis tersebut tidak ada bukan..??, kita bisa memahami 'gambaran' tentang Iblis dari sifat, karakter dan sejarahnya yang ditulis dalam Alkitab. Demikian juga hal-nya dengan lauh mahfudz, kita bisa memahaminya melalui kandungan dan isinya sesuai apa yang diterangkan dalam Al-Qur'an.

(sekali lagi bisa dibaca : http://forum.swaramuslim.net/more.php?id=3728_0_25_0_M)

Jelas ini merupakan suatu jawaban yang logis bagaimana agar firman Tuhan bisa sampai kepada manusia. Dengan penjelasan tersebut mekanisme sampainya firman (baca : informasi) dari Allah bisa diterangkan tanpa harus mereduksi ke Maha Suci-an Allah, dan menggambarkan Dia yang 'bercakap-cakap' dengan makhluk seperti manusia dan malaikat, apalagi digambarkan telah berinkarnasi, turun ke bumi menjadi manusia, bergelut dengan nabi Musa, tertidur, bahkan mungkin pula sampai merasakan sakit perut dan harus terbirit-birit ke toilet

Maka soal firman Tuhan adalah Tuhan itu sendiri, lalu firman telah menjelma menjadi manusia bisa dipastikan merupakan hasil pemikiran yang 'nyasar' manusia jaman kuno, dari fakta yang saya kemukakan diawal tulisan ini, di duga dibuat oleh para ahli pikir Yunani yang memang terkenal suka memikirkan apapun, namun tidak didukung temuan ilmu pengetahuan yang terjadi pada masa berikutnya. Celakanya karena ajaran tersebut terlanjur sudah dimasukkan ke dalam kitab suci, maka mau tidak mau para pengikutnya harus mempertahankan mati-matian konsep ini, ibarat 'menegakkan benang basah'.