Perempuan dalam Perspektif Agama Samawi
Pandangan dunia dan ideologi manusia berkaitan erat dengan pandangan
dunia dan ideologi yang disodorkan oleh agama yang dipeluknya. Dalam
berbagai hakikat wujud dan substansi yang dimilikinya, pemeluk suatu
agama mempunyai perspektif terhadap agama berupa serapan pikiran atas
apa yang dibaca atau didengarnya.
Ketika proses penerimaan
kebenaran terhadap konsep agama tidak dibarengi dengan koreksi dan
kritik maka kemungkinan kesalahan memperspektifkan berbagai subtansi
wujud akan semakin melebar. Di saat konsep yang sudah menjadi keyakinan
atau masih dalam proses berpikir tidak sesuai dengan kenyataan dan
kejadian (alam misdaq) maka, sudah pasti manusia akan tergiring jauh
dari hakekat wujud dan terjerumuslah ia dalam dunia khayal, kehampaan
dan berbagai kesalahan.
Al-Qur’an tidak mengenalkan konsep dosa
warisan dari ibu-bapak umat manusia (Hawa dan Adam) dalam skandal buah
terlarang, melainkan itu tanggung jawab bersama keduanya. Perbedaan
anatomi fisik dan biologis antara laki–laki dan perempuan tidak
mengharuskan adanya perbedaan status dan kedudukan.
Ilmu Logika
menjelaskan standar kebenaran suatu argumentasi, ditandai oleh
kesesuaiannya dengan fakta kejadian di realita (alam misdaq). Dengan
membandingkan korelasi mafhum maudhu dan mahmul suatu premis dengan
misdaq-nya ,perhatikan argumentasi dari agama Yahudi, Nasrani (Kristen)
dan Islam mengenai perempuan.
Urgensi sebuah keyakinan tidak
dapat dipungkiri oleh siapapun. Bahkan Tuhan Yang Maha Kuasa, melihat
dan menilai kredibilitas amal manusia berdasarkan keyakinan dan niatnya
dalam beramal.
“Ilahi bukakan mata hati kami untuk mengenal
lebih terperinci kebenaran agama-Mu, sehingga dengan itu kami dapat
menuju kepada kedekatan diri kepada-Mu sebagai esensi penghambaan kami
terhadap-Mu …. âmîn yâ Rabbal Alamîn “.
Wanita dalam Pandangan Agama Katholik dan Gereja.
1. “Tidaklah Adam yang tertipu tapi Hawalah yang tertipu, sehingga ia termasuk dalam kesalahan”.( I Timotius 2 : 4 ).
Inilah tuduhan abadi Injil terhadap perempuan. Bukankah mereka berdua
sama-sama memakan buah terlarang itu? Padahal menurut al-Qur’an keduanya
sama-sama bersalah, kemudian tobat dan diampuni oleh Allah.
2.
“Adapun perempuan itu belajar dengan senyapnya dan bersungguh-sungguh
merendahkan dirinya, tetapi Aku tidak mengijinkan seorang perempuan
mengajar dan memerintah atas laki-laki, melainkan hendaklah ia berdiam
diri “.( I Timotius 2: 11-12 )
Masih adakah orang Kristen yang
mau melaksanakan perintah Injil tersebut? Coba bayangkan kalau sekiranya
orang-orang Kristen benar-benar melaksanakan dogma itu, tentu wanita
Kristen itu akan sangat terbelakang. Benarlah kata orang Barat yang
mengatakan Kristen maju karena meninggalkan ajaran Injilnya, sedang
Islam mundur karena tidak melaksanakan ajaran al-Qur’an.
3. “…demikianpun hendaknya segala istri tunduk kepada suaminya dalam tiap-tiap perkara”.( I Ep. Esus 22-24 ).
Benarkah seorang istri harus mengikuti segala perintah suaminya, walaupun dalam hal kejahatan? Silakan renungkan sendiri.
4. “Tidaklah laki-laki itu diciptakan untuk perempuan tetapi perempuan
itulah yang diciptakan untuk laki-laki “.( Injil Korintus 11:9 ).
Inilah biang tidak adanya kesetaraan gender itu. Bukankah laki-laki dan perempuan sama-sama membutuhkan?
5. “Keluaran 21:7. Anda akan mendapat informasi bahwa seorang laki-laki dapat menjual anak perempuannya” .
Apakah anda sekalian sebagai orang Kristen akan sependapat dengan dogma al-Kitab tersebut ?
6. Injil ulangan 25: 11-12 yang memerintahkan kita untuk memotong tangan perempuan yang menolong suaminya.
Akankah kita melaksanakannya?
7. Bukankah seorang wanita tidak boleh berbicara atau mengeluarkan
kata-kata dalam pertemuan jemaat? Bukankah hal itu merupakan
ketidaksopanan? Demikianlah kata Injil 1 Korintus 14 : 34-35. Tapi
apakah Injil 1 Korintus 14: 34-35 itu masih punya kekuatan hukum?
Bukankah orang-orang yang mengaku fanatik al-Kitab dengan enteng sekali
melanggar larangan al-Kitab sendiri? Berapa banyak penginjil,
pengkhotbah dan evangelis perempuan saat ini? Di luar hitungan jari.
Bukankah mereka selalu melanggar al-Kitab tanpa menyadarinya? Bukankah
para dombanya juga ikut andil dalam melanggar al-Kitab?
8. (Tambahan) Perempuan tidak boleh bekerja (kalau tidak salah dalam Matius ).
Bukankah pemimpin seorang perempuan adalah seorang laki-laki? Tapi
mengapa para pengikut setia al-Kitab suka sekali memilih pemimpinnya
seorang perempuan. Bukankah al-Kitab menegaskan dalam Injil Korintus 11 :
3 bahwa pemimpin perempuan adalah laki-laki?
Itulah ayat-ayat
al-Kitab yang menyebabkan wanita terhina dan terkutuk di dunia Barat
selama berabad-abad. Mari kita dengar komentar para cendekiawan Barat:
Grigory The Great berkata,”Perempuan itu mempunyai bisa seperti
jelatang jahat, seperti singa”. Bernhard berkata,“Perempuan itu anggota
dari syetan”. Jerome dan Tartahan berkata,“Perempuan itu pintu gerbang
syetan”. Paus Jeraum mengatakan,“Perempuan itu pokok kejahatan dan
sumber perdayaan”.
Marthin Luther pendiri Mazhab Protestan
berpesan agar menjauhkan perempuan dari tempat pelajaran, sebab tidak
ada gunanya mendidik perempuan. Akhirnya Paus Cregorius VII memberi
keputusan,“Para padri Kristen dilarang keras beristri, karena meraba
tubuh perempan itu najis”.
Wanita dalam Pandangan Yahudi
Dalam ajaran Yahudi, martabat wanita sama dengan pembantu. Ayah berhak
menjual anak perempuan kalau ia tidak mempunyai saudara laki-laki.
Ajaran mereka menganggap wanita sebagai sumber laknat karena dialah yang
membuat Adam terusir dari Surga.
Dalam pandangan
pemuka/pengamat Nasrani ditemukan bahwa wanita adalah senjata iblis
untuk menyesatkan manusia. Pada abad ke-5 Masehi diselenggarakan suatu
konsili yang membicarakan apakah wanita mempunyai ruh atau tidak,
akhirnya disimpulkan bahwa wanita tidak mempunyai ruh yang suci. Bahkan
pada abad ke-6 Masehi diselenggarakan suatu pertemuan untuk membahas
apakah wanita manusia atau tidak. Dari pembahasan itu disimpulkan bahwa
wanita adalah manusia yang diciptakan semata-mata untuk melayani
laki-laki. Sepanjang abad pertengahan, nasib wanita tetap sangat
memprihatinkan, bahkan sampai tahun 1805 Undang-Undang Inggris mengakui
hak suami untuk menjual istrinya, dan sampai tahun 1882 wanita Inggris
belum juga memiliki hak pemilikan harta benda secara penuh, dan hak
menuntut ke pengadilan.
Ketika Elizabeth Blackwill, dokter
wanita pertama di dunia, menyelesaikan studinya di Geneve University
pada tahun 1849, teman-temannya yang satu tempat tinggal dengannya
melakukan pemboikotan dengan dalih bahwa wanita tidak wajar memperoleh
pelajaran. Bahkan ketika dokter Elizabeth bermaksud mendirikan Institut
Kedokteran untuk wanita di Philadelphia Amerika Serikat, ikatan dokter
setempat mengancam akan memboikot semua dokter yang bersedia mengajar di
sana.
Pandangan dunia dan ideologi manusia berkaitan erat dengan pandangan dunia dan ideologi yang disodorkan oleh agama yang dipeluknya. Dalam berbagai hakikat wujud dan substansi yang dimilikinya, pemeluk suatu agama mempunyai perspektif terhadap agama berupa serapan pikiran atas apa yang dibaca atau didengarnya.
Ketika proses penerimaan kebenaran terhadap konsep agama tidak dibarengi dengan koreksi dan kritik maka kemungkinan kesalahan memperspektifkan berbagai subtansi wujud akan semakin melebar. Di saat konsep yang sudah menjadi keyakinan atau masih dalam proses berpikir tidak sesuai dengan kenyataan dan kejadian (alam misdaq) maka, sudah pasti manusia akan tergiring jauh dari hakekat wujud dan terjerumuslah ia dalam dunia khayal, kehampaan dan berbagai kesalahan.
Al-Qur’an tidak mengenalkan konsep dosa warisan dari ibu-bapak umat manusia (Hawa dan Adam) dalam skandal buah terlarang, melainkan itu tanggung jawab bersama keduanya. Perbedaan anatomi fisik dan biologis antara laki–laki dan perempuan tidak mengharuskan adanya perbedaan status dan kedudukan.
Ilmu Logika menjelaskan standar kebenaran suatu argumentasi, ditandai oleh kesesuaiannya dengan fakta kejadian di realita (alam misdaq). Dengan membandingkan korelasi mafhum maudhu dan mahmul suatu premis dengan misdaq-nya ,perhatikan argumentasi dari agama Yahudi, Nasrani (Kristen) dan Islam mengenai perempuan.
Urgensi sebuah keyakinan tidak dapat dipungkiri oleh siapapun. Bahkan Tuhan Yang Maha Kuasa, melihat dan menilai kredibilitas amal manusia berdasarkan keyakinan dan niatnya dalam beramal.
“Ilahi bukakan mata hati kami untuk mengenal lebih terperinci kebenaran agama-Mu, sehingga dengan itu kami dapat menuju kepada kedekatan diri kepada-Mu sebagai esensi penghambaan kami terhadap-Mu …. âmîn yâ Rabbal Alamîn “.
Wanita dalam Pandangan Agama Katholik dan Gereja.
1. “Tidaklah Adam yang tertipu tapi Hawalah yang tertipu, sehingga ia termasuk dalam kesalahan”.( I Timotius 2 : 4 ).
Inilah tuduhan abadi Injil terhadap perempuan. Bukankah mereka berdua sama-sama memakan buah terlarang itu? Padahal menurut al-Qur’an keduanya sama-sama bersalah, kemudian tobat dan diampuni oleh Allah.
2. “Adapun perempuan itu belajar dengan senyapnya dan bersungguh-sungguh merendahkan dirinya, tetapi Aku tidak mengijinkan seorang perempuan mengajar dan memerintah atas laki-laki, melainkan hendaklah ia berdiam diri “.( I Timotius 2: 11-12 )
Masih adakah orang Kristen yang mau melaksanakan perintah Injil tersebut? Coba bayangkan kalau sekiranya orang-orang Kristen benar-benar melaksanakan dogma itu, tentu wanita Kristen itu akan sangat terbelakang. Benarlah kata orang Barat yang mengatakan Kristen maju karena meninggalkan ajaran Injilnya, sedang Islam mundur karena tidak melaksanakan ajaran al-Qur’an.
3. “…demikianpun hendaknya segala istri tunduk kepada suaminya dalam tiap-tiap perkara”.( I Ep. Esus 22-24 ).
Benarkah seorang istri harus mengikuti segala perintah suaminya, walaupun dalam hal kejahatan? Silakan renungkan sendiri.
4. “Tidaklah laki-laki itu diciptakan untuk perempuan tetapi perempuan itulah yang diciptakan untuk laki-laki “.( Injil Korintus 11:9 ).
Inilah biang tidak adanya kesetaraan gender itu. Bukankah laki-laki dan perempuan sama-sama membutuhkan?
5. “Keluaran 21:7. Anda akan mendapat informasi bahwa seorang laki-laki dapat menjual anak perempuannya” .
Apakah anda sekalian sebagai orang Kristen akan sependapat dengan dogma al-Kitab tersebut ?
6. Injil ulangan 25: 11-12 yang memerintahkan kita untuk memotong tangan perempuan yang menolong suaminya.
Akankah kita melaksanakannya?
7. Bukankah seorang wanita tidak boleh berbicara atau mengeluarkan kata-kata dalam pertemuan jemaat? Bukankah hal itu merupakan ketidaksopanan? Demikianlah kata Injil 1 Korintus 14 : 34-35. Tapi apakah Injil 1 Korintus 14: 34-35 itu masih punya kekuatan hukum? Bukankah orang-orang yang mengaku fanatik al-Kitab dengan enteng sekali melanggar larangan al-Kitab sendiri? Berapa banyak penginjil, pengkhotbah dan evangelis perempuan saat ini? Di luar hitungan jari. Bukankah mereka selalu melanggar al-Kitab tanpa menyadarinya? Bukankah para dombanya juga ikut andil dalam melanggar al-Kitab?
8. (Tambahan) Perempuan tidak boleh bekerja (kalau tidak salah dalam Matius ).
Bukankah pemimpin seorang perempuan adalah seorang laki-laki? Tapi mengapa para pengikut setia al-Kitab suka sekali memilih pemimpinnya seorang perempuan. Bukankah al-Kitab menegaskan dalam Injil Korintus 11 : 3 bahwa pemimpin perempuan adalah laki-laki?
Itulah ayat-ayat al-Kitab yang menyebabkan wanita terhina dan terkutuk di dunia Barat selama berabad-abad. Mari kita dengar komentar para cendekiawan Barat:
Grigory The Great berkata,”Perempuan itu mempunyai bisa seperti jelatang jahat, seperti singa”. Bernhard berkata,“Perempuan itu anggota dari syetan”. Jerome dan Tartahan berkata,“Perempuan itu pintu gerbang syetan”. Paus Jeraum mengatakan,“Perempuan itu pokok kejahatan dan sumber perdayaan”.
Marthin Luther pendiri Mazhab Protestan berpesan agar menjauhkan perempuan dari tempat pelajaran, sebab tidak ada gunanya mendidik perempuan. Akhirnya Paus Cregorius VII memberi keputusan,“Para padri Kristen dilarang keras beristri, karena meraba tubuh perempan itu najis”.
Wanita dalam Pandangan Yahudi
Dalam ajaran Yahudi, martabat wanita sama dengan pembantu. Ayah berhak menjual anak perempuan kalau ia tidak mempunyai saudara laki-laki. Ajaran mereka menganggap wanita sebagai sumber laknat karena dialah yang membuat Adam terusir dari Surga.
Dalam pandangan pemuka/pengamat Nasrani ditemukan bahwa wanita adalah senjata iblis untuk menyesatkan manusia. Pada abad ke-5 Masehi diselenggarakan suatu konsili yang membicarakan apakah wanita mempunyai ruh atau tidak, akhirnya disimpulkan bahwa wanita tidak mempunyai ruh yang suci. Bahkan pada abad ke-6 Masehi diselenggarakan suatu pertemuan untuk membahas apakah wanita manusia atau tidak. Dari pembahasan itu disimpulkan bahwa wanita adalah manusia yang diciptakan semata-mata untuk melayani laki-laki. Sepanjang abad pertengahan, nasib wanita tetap sangat memprihatinkan, bahkan sampai tahun 1805 Undang-Undang Inggris mengakui hak suami untuk menjual istrinya, dan sampai tahun 1882 wanita Inggris belum juga memiliki hak pemilikan harta benda secara penuh, dan hak menuntut ke pengadilan.
Ketika Elizabeth Blackwill, dokter wanita pertama di dunia, menyelesaikan studinya di Geneve University pada tahun 1849, teman-temannya yang satu tempat tinggal dengannya melakukan pemboikotan dengan dalih bahwa wanita tidak wajar memperoleh pelajaran. Bahkan ketika dokter Elizabeth bermaksud mendirikan Institut Kedokteran untuk wanita di Philadelphia Amerika Serikat, ikatan dokter setempat mengancam akan memboikot semua dokter yang bersedia mengajar di sana.
Suka · · Bagikan · Ikuti Kiriman · 8 jam yang lalu